1

(KIR) Bab1 Pendahuluan latar belakang YOGA


BAB I
PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang
Dewasa  ini  telah  terjadi  pergeseran  nilai  etika  dan  budaya  di  berbagai
kalangan, khususnya para remaja. Pergeseran itu antara lain kekerasan dan kerusuhan hingga berujung pada tindak anarkis. Pergeseran etika dan budaya inilah yang menggambarkan para remaja seolah kehilangan jati dirinya.Sering disaksikan pada tayangan televisi bentuk-bentuk tindakan anarkis mulai dari pemalakan-pemalakan yang dilakukan oleh beberapa siswa yang merasa berkuasa di sekolah, perkelahian antar pelajar satu sekolah, tawuran antar pelajar, antar mahasiswa, hingga kekerasan dalam kelompok (geng) remaja. Hal ini tidak hanya terjadi di ibu kota saja namun sudah sampai di Pulau Bali contohnya seperti video kekerasan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri kepada teman satu geng mereka.
Permasalahan yang memprihatinkan seperti di atas merupakan sebagian kecil dari bukti penurunan etika dan karakter remaja di Indonesia. Era globalisasi ini membuat para remaja kehilangan nalar dan akal sehatnya serta semakin berpikir praktis tanpa pikir panjang akan akibat dari tidakan yang mereka lakukan. Mereka menghalalkan berbagai cara, asal apa yang mereka kehendaki tercapai. 
Sungguh disayangkan remaja yang merupakan tulang punggung harapan bangsa seolah-olah malah meracuni dirinya dengan hal-hal yang negatif.Masalah-masalah remaja dan kekerasan remaja banyak terjadi pada remaja bangsa kita dewasa ini.Hal seperti di atas terjadi akibat para remaja kurang bisa mengendalikan diri dan mengontrol emosi mereka.Tidak dapat dibayangkan jika hal ini terjadi secara berkelanjutan.Masa depan bangsa yang ada di tangan remaja sekarang akan diwarnai dengan konflik-konflik serta perselisihan yang tidak berkesudahan.Salahsatuperiodedalamrentangkehidupanindividuadalahmasa(fase)remaja.Masaini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa.Masa remaja merupakan masa untuk mencari jati diri (pembentukan identitas) masing-masing individu.Pada masa remaja kondisi emosional seseorang menjadi sangat labil.Biasanya lebih mudah terpengaruh pada hal-hal negatif karena kurang dapat mengendalikan diri dan emosi mereka. Saat remaja kehilangan pengendalian diri dan emosinya mereka akan lupa akan norma-norma yang ada, mereka seakan tidak bisa membedakan tindakan mana yang baik dan mana yang tidak baik maka terjadilah hal-hal seperti di atas.
Kecenderungan perilaku kekerasann atau perilaku negatif pada remaja merupakan pertanda krisis moral.Gejala krisis moral di kalangan remaja diduga merupakan dampak globalisasi diperkuat oleh kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi.Seperti tayangan kekerasan di televisi yang merupakan salah satu contoh kecanggihan teknologi yang dapat membuka peluang lebar-lebar merembesnya budaya asing yang belum tentu relevan dengan budaya bangsa kita. Semakin sering orang melihat adegan kekerasan, akan memperburuk perilaku moralnya sehingga cenderung menjadi anak yang kurang sabar, agresif dan mudah menyerah (Krahe, 2005), apalagi ditambah dengan kondisi emosional seseorang pada masa remaja berada dalam kondisi labil. Perilaku remaja sekarang dapat diinterpretasikan ke dalam konsep Fromm (1973), perilaku masyarakat kaum nekrofilus yaitu masyarakat yang cinta kekerasan daripada kelembutan, suka kekacauan daripada kedamaian, suka keburukan daripada keindahan.
Akhir-akhir ini beberapa usaha yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah krisis moral dan kecerdasan emosional remaja yang merupakan generasi muda bangsa diantaranya pendidikan budi pekerti, Soft skills dan pendidikan karakter begitu gencar dan menjadi sorotan di era globalisasi ini.Namun, dalam praktiknya atau implementasinya belum ada yang berhasil karena selama ini hanya sebatas teori.Belakangan ini yoga banyak dibicarakan oleh beberapa kalangan.ScienceDaily (4 April 2012) kelas Yoga memiliki efek psikologis yang positif bagi siswa sekolah menengah, menurut sebuah studi pilot dalam Journal April Developmental &Behavioral Pediatrics, jurnal resmi dari Masyarakat untuk Pembangunan dan Behavioral Pediatrics. Disana juga dikutip bahwa remaja mengambil kelas yoga memiliki skor lebih baik pada beberapa tes psikologis. Sedangkan siswa di kelas PE teratur cenderung memiliki skor lebih tinggi untuk masalah suasana hati dan kecemasan.Dengan berlatih yoga kita berlatih bagaimana ketika kita menolak sebuah situasi yang dapat memicu amarah, seimbangkan dengan penerimaan diri untuk menyadari akan keberadaan emosi tersebut ada dalam diri kita. Kemudian mengatasi emosi dengan sikap dari panca indera, lalu mencapai penerimaan diri terhadap situasi yang dihadapi, sehingga memperoleh pencerahan akan pikiran yang positif dan lebih bijak. Terkait dengan latar belakang di atas maka pada karya tulis ini akan dikaji mengenai implementasi yoga melalui kultur soft skills dalam menanggulangi kekerasan pada remaja.

1.2        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana potensi yoga dalam mengembangkan soft skills?
2.      Bagaimana cara mengimplementasikan yoga melalui kultur soft skillsdi sekolah?
3.      Kendala apa yang dihadapi dalam mengembangkan yoga di sekolah?

1.3        Tujuan
Adapun tujuan penelitian karya tulis ini terkait dengan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut :
1.         Untuk mengetahui potensi yoga dalam mengembangkan soft skills.
2.         Untuk mengetahui cara mengimplementasikan yoga melaluikultur soft skillsdi sekolah.
3.         Untuk mengetahui  masalah yang dihadapi dalam mengembangkan yoga di sekolah.


1.4        Manfaat
Manfaat yang diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1.         Bagi remaja tulisan ini diharapkan dapat dijadikan inspirasi kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang dan gaya hidup sehat.
2.         Bagi remaja tulisan ini diharapkan dapat dijadikan gambaran/cerminan bahwa dalam menjalani hidup ini lebih indah jika kita peduli satu sama lain, hidup saling menyayangi, damai dan harmonis tanpa adanya kekerasan.
3.         Bagi remaja tulisan ini diharapkan dapat dijadikan cerminan dan kesadaran kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan hidup di dunia ini saling membutuhkan satu sama lain dan saling ketergantungan antara baik diantara manusia/hewan/tumbuhan.
4.         Bagi sekolah tulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif program yang dapat dikembangkan.

1 komentar:

vaysaboe mengatakan...

The surgical steel vs titanium fencing vs titanium - TITanium Art - The TITanium Art
A titanium banger great selection of stainless steel vs titanium flask titanium ion titanium on brassy hair fencing. Enjoy great deals when you shop for delivery from the largest retailer at The babyliss pro titanium hair dryer TITanium. micro touch titanium trimmer

Posting Komentar